60+ Earth Hour

16.05.00

Menjelang akhir Maret setiap tahun, EARTH HOUR yang merupakan kampanye inisiasi publik, menyatukan masyarakat dari seluruh dunia untuk merayakan komitmen gaya hidup hemat energi dengan cara mematikan lampu dan alat elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam. EARTH HOUR 2017 diselenggarakan pada tanggal 25 Maret 2017, pukul 20.30 – 21.30 waktu setempat. 

Logo EARTH HOUR ’60+’ menunjukkan 60 menit mematikan lampu di Earth Hour sebagai awal AKSI gaya hidup hemat energi. Tanda ‘+’ menunjukkan komitmen untuk bersama-sama mulai melakukan gaya hidup hemat energi. 

Earth Hour bertujuan untuk mendorong semua orang untuk menjadi bagian dari perubahan untuk dunia yang berkelanjutan. Dimulai dengan langkah awal semudah mematikan lampu dan alat elektronik yang tidak terpakai sebagai komitmen hemat energi untuk Bumi, dan juga merupakan momentum menampilkan kepada dunia tentang perilaku hemat energi yang sudah dilakukan.

Kenapa lampu dan alat elektronik? Kita bisa dengan mudah menyalakan atau mematikan lampu & alat elektronik dengan satu jari. Kampanye ini sengaja dibuat agar tiap individu dari berbagai usia dan status sosial ekonomi bisa berpartisipasi.

EARTH HOUR dan perbubahan iklim memilihi hubungan. Perubahan iklim adalah ancaman kehidupan di Bumi akibat pemanasan global.

Salah satu cara menunda pemanasan global dan krisis lingkungan lain yaitu dengan mengajak setiap individu untuk mengubah gaya hidup.

Hemat energi = mudah dan murah.

Mulai dari diri sendiri. Dari sekarang.

EARTH HOUR berfokus di jawa - bali karena 78% konsumsi listrik Indonesia terfokus di Jawa – Bali karena 68% konsumennya berada di pulau tersebut. Bagian Indonesia yang lain mendapatkan porsi lebih kecil.

23% konsumsi listrik Indonesia terfokus di DKI Jakarta dan Tangerang. 
Distribusinya terbagi menjadi:
  1. Rumah tangga:33%
  2. Bisnis/perkantoran serta gedung komersial: 30%
  3. Sektor industri: 30% (kebanyakan di wilayah Tangerang)
  4. Gedung pemerintahan: 3%
  5. Fasilitas publik dan sektor sosial: 4%                        

Pada pertengahan sampai dengan akhir bulan Maret, di beberapa belahan dunia mengalami transisi dari musim semi kemusim gugur sehingga cuaca tersebut paling kondusif bagi semua negara yang ingin berpartisipasi di Earth Hour, karena di beberapa negara tidak perlu menggunakan pendingin atau pemanas ruangan.

Pada tahun 2007, WWF merupakan salah satu inisiator Earth Hour di Sydney yang kemudian pada tahun-tahun berikutnya turut serta dalam kampanye Earth Hour dengan menyebarkan kampanye ini di lebih dari 70 negara jaringan WWF di seluruh dunia.

Target utama kampanye Earth Hour Indonesia, yaitu
  1. Melanjutkan target efisiensi energi dan perubahan gaya hidup di kota-kota besar di dunia dengan konsumsi listrik tinggi. 
  2. Mengangkat dan memancing semangat kepemimpinan pemerintahan dan korporasi untuk secara signifikan melakukan efisiensi energi dan penggunaan sumber energi baru terbarukan sebagai bagian dari kebijakan mereka.


Tujuan kampanye Earth Hour Indonesia, yaitu :

  1. Menjaring sebanyak-banyaknya individu, rumah tangga, dan pemerintahan untuk ikut mematikan lampu sebagai simbol kontribusi mereka terhadap perubahan iklim
  2. Mengajak dan mengedukasi masyarakat mengenai pemanasan global dan apa yang bisa dilakukan setiap individu untuk menjadi bagian dari perubahan untuk mengurangi penggunaan emisi mereka
  3. Menjaring partisipasi korporasi untuk mengomunikasikan EARTH HOUR, baik staf mau pun jejaring eksternal untuk berkomitmen mematikan lampunya dan melakukan perubahan kebijakan dalam pengunaan energi
  4. Terbentuknya kegiatan komunitas hijau masyarakat di berbagai kota di Indonesia.                        

Dukungan dari makin banyak pemimpin Daerah dan Kota di seluruh wilayah Indonesia, Presiden, Menteri Lingkungan Hidup berupa perubahan kebijakannya terkait penghematan energi.

Bergaya hidup hemat energi tidak cukup hanya dengan berpartisipasi di EARTH HOUR saja, tetapi harus terus dibuktikan setiap hari, dan diikuti dengan mengubah gaya hidup ramah lingkungan lainnya, seperti: mengendalikan penggunaan listrik, hemat penggunaan kertas/tisu, aktivasi transportasi publik, mengurangi potensi sampah/ melakukan pemilahan sampah, dan lain-lain.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »