[⭐ AADC (Ada Apa Dengan vaksin COVID - 19) ⭐]

12.59.00



“AADC ”
(ADA APA DENGAN vaksin COVID-19)

Salam hangat untuk sobat Teknik Kimia 

Tidak terasa kita sudah akan memasuki pertengahan tahun 2020, bagaimana kabarnya? Semoga selalu baik dan tetap dirumah aja ya. Kita sama-sama tahu bahwa Ramadhan sudah pergi, tapi covid-19 masih betah berdiam di lingkungan kita. Penasaran gak sih Sudah sejauh mana penyebaran covid1-19 dan apakah sudah ada vaksin yang legal untuk virus ini?

Nah, untuk mengobati rasa penasaran temen-temen artikel kali ini akan membahas terkait perkembangan dari vaksin Covid-19, yuk baca sampai selesai ya..

Vaksin adalah suatu zat yang merupakan suatu bentuk produk biologi yang diketahui berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang dilemahkan. Vaksin diberikan kepada individu yang  sehat guna merangsang munculnya antibody untuk mencegah dari infeksi penyakit tertentu.  

Sedangkan Serum merupakan produk biologi yang sudah mengandung kekebalan terhadap suatu infeksi. Serum diberikan kepada individu bila terdapat adanya infeksi penyakit, atau diduga akan terkena infeksi. Dalam laman kemenkes.go.id Mentri kesehatan RI, Prof.Dr.Nila Farid Moeloek,Sp.M(K) menegaskan bahwa serum tidak sama dengan vaksin. Masalah ini sempat menjadi perbincangan di masyarakat.

So, Jangan sampai salah ya temen-temen.

Sebelum lanjut bahas vaksin Covid-19, kita akan  update dulu terkait kabar perkembangannya sampai akhir bulan Mei 2020.

Banyak sumber yang memuat data terkait perkembagan Covid-19. Dikutip dari laman merdeka.com jumlah kasus di wilayah Banten per tanggal 30 Mei adalah 858 orang positif, 244 orang dinyatakan sembuh, dan 69 orang meninggal dunia. Sedangkan untuk cakupan kasus diseluruh Indonesia pada tanggal yang sama yakni 25.773 orang dinyatakan positif, 7.015 orang sembuh, dan 1.573 orang meninggal dunia. Kenaikan kasus secara signifikan terjadi dibeberapa daerah seperti Surabaya. Adapun data perkembangan secara global yang bersumber dari WHO dan PHEOC Kemenkes yaitu dengan total kasus konfirmasi Covid-19 global pertanggal 29 Mei 2020 adalah 5.701.337 kasus dengan 357.688 kematian (CFR 6,3%) di 215 negara terjangkit.

Penemuan vaksin memang sangat dinantikan oleh seluruh warga dunia dalam masa pandemi ini. Banyak negara yang berlomba-lomba untuk membuat vaksin tersebut. Dari artikel dan berita yang didapat, berikut adalah beberapa vaksin atau obat yang sudah ditemukan dan diharapkan dapat mencegah dan mengobati infeksi Covid-19 :

a    a.  Klorokuin
Faktanya bahwa belum ada bukti klinis yang menunjukan klorokuin bisa mengobati Covid-19. Bahkan penggunaan klorokuin sebagai obat anti-malaria sudah di tinggalkan karena memiliki efek samping mual, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, hingga gangguan irama jantung. Klorokuin digunakan sebagai terapi tambahan untuk pasien covid-19 yang bergejala berat. (dr. Haekal Anshari - mitos vs fakta Covid-19 )

b    b.  Avigan
Avigan bekeja dengan menghalangi kemampuan virus RNA untuk bereplikasi dalam sel. Beberapa hasil awal menunjukkan bahwa avigan dapat membantu mempersingkat waktu pemulihan bagi pasien. (dr. Haekal Anshari - mitos vs fakta Covid-19)

c    c. Remdesivir
Remdesivir adalah obat antivirus yang sedang diteliti dan dianggap memiliki potensi untuk mengatasi infeksi virus corona. Remdesivir merupakan sebuah produk analog yang dikembangkan oleh perusahaan bioteknologi Gilead Sciences sebagai pengobatan untuk infeksi penyakit virus Ebola dan virus Marburg.

d    d.  Kevzara
Obat ini masih dalam tahap uji coba klinis. Dibuat oleh perusahaan farmasi Sanofi dan Regenern Pharmaceuticals Inc. Kevzara merupakan obat pengubah sistem kekebalan yang dikenal sebagai antibodi monoklonal.

            Selain obat, berbagai macam vaksin pun ternyata telah ditemukan dan sedang di uji coba oleh para ilmuwan. Dari laman bbc News.com setidaknya saat ini ada 6 vaksin yang sudah diuji coba pada manusia yaitu sebagai berikut :
1.      Vaksin mRNA-1273 dari Moderna Therapeutics, AS.
2.      Vaksin INO-4800 dari Inovio Pharmaceuticals, AS.
3.      Vaksin AD5-nCoV oleh perusahaan bioteknologi  CanSino Biologics, China.
4.      Vaksin LV-SMENP-DC dari Institut Kedokteran Genoimun, Shenzen
5.      Vaksin dari virus yang telah di non-aktifkan dari Institut Produk Biologi Wuhan
6.      Vaksin Vacuna ChAdOx1 dari Jenner Institut, University of Oxford, Inggris.
            Dan masih banyak lagi obat dan vaksin yang kini tengah digunakan dalam usaha melawan Covid-19. Namun sampai saat ini obat-obatan yang ada belum bisa efektif mematikan virus tersebut.

Tahu gak sih? Sobat Teknik Kimia

Ternyata ada banyak tahap yang harus dilewati sebelum suatu vaksin bisa digunakan secara luas. Sehingga biasanya waktu yang dibutuhkan bisa mencapai 10-15 tahun. Secara keseluruhan ada 6 tahap yang perlu dilewati untuk membuat satu vaksin, yaitu :

a)      Proses perancangan vaksin
b)      Pengujian pada hewan
c)      Uji Klinis fase-1
d)      Uji Klinis fase-2
e)      Uji Klinis fase-3
f)       Persetujuan berdasarkan regulasi, misalnya BPOM (di Indonesia)


Meskipun saat ini belum ditemukan mana obat atau vaksin yang efektif dan efisien, kita harus tetap berusaha menjaga kesehatan dan kebersihan diri dan lingkungan. Salah satunya dengan menumbuhkan budaya sehat. Selain itu, rajin berolahraga dan mengkonsumsi makanan yang bergizi dapat meningkatkan imun kita dalam melawah serangan virus loh sobat sertan Jangan lupa juga untuk senantiasa mematuhi peraturan PSBB untuk mencegah penyebarluasan Covid-19.

Oh iya sobat Teknik kimia

Salah satu tantangan besar yang harus kita pikirkan solusinya kedepan adalah bagaimana memproduksi massal vaksin dengan jumlah miliaran dosis untuk di distribusikan ke seluruh negara terjangkit di dunia. Yuk coba asah kemampuan teknik kimia kita!..

Salam Teknik Kimia, selamat bertemu di artikel ilmiah selanjutnya.

#HimatemiaBERAKSI
#HimatemiaGo

DAFTAR PUSTAKA

Raden Budi,dkk. Efektivitas vaksin dari Bakteri Mycrobacterium fortuitum.Vol.3 no.1 Maret 2012:25-40. diakses pada 31 Mei 2020
https://www.Sehatnegriku.Kemenkses.go.id/diakses pada 30 Mei 2020
Seminar online mitos vs fakta Covid-19 oleh dr.Haekal Anshari pada 22 Aprl 2020

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »